Ini salah satu search term dalam google yang membawa seseorang ke blog ini. Penemu rasi bintang. Barangkali orang ini mau tau, siapa sih yang menemukan rasi bintang? Google kemudian menampilkan sekian hasil dan entah bagaimana, mendaratlah orang itu ke blog ini. Barangkali di blog ini ada jawabannya.

Haruskah segala sesuatu ada penemunya? Aneh sekali memang dunia pendidikan kita (mungkin negara lain juga gitu?), segala hal harus punya penemu: Siapa penemu mesin cuci? Siapa penemu komputer? Siapa penemu telepon? Siapa penemu radio? Siapa penemu bola lampu? Siapa penemu teleskop? Siapa penemu Benua Amerika? Hingga… siapa penemu rasi bintang?

Banyak hal yang harus diperjelas sepertinya. Dalam Bahasa Inggris, penemuan bisa diterjemahkan dalam dua kata: invention atau discovery. Dua-duanya diterjemahkan menjadi penemuan, namun maknanya berbeda, kira-kira begini: Invention adalah sesuatu yang belum ada lalu diciptakan sehingga menjadi ada. Contoh kasarnya begini: sebelumnya orang menerangi dunia dengan obor, lalu Thomas Alva Edison bikin bohlam lampu. Ini adalah sebuah invention, dari tidak ada menjadi ada. Kadang-kadang prosesnya tidak semudah kita menunjuk Thomas Alva Edison sebagai penemu bohlam atau Alexander Graham Bell sebagai penemu telepon (ups! Bahkan posisi kedua orang ini sebagai penemu bohlam/telepon pun masih diperdebatkan), namun sangat rumit apabila barang yang dipertanyakan adalah sesuatu instrumen yang kompleks. Contoh: siapa penemu komputer? Nah lo. Pada zaman renaisans, Blaise Pascal sudah memikirkan mekanisme mesin hitung sederhana. Lalu ada mesin Turing, lalu ada ENIAC, hingga Cray. Tidak ada individu tunggal yang menciptakan komputer, yang ada adalah sebuah progresi modifikasi hingga menjadi komputer pribadi atau komputer super seperti yang kita kenal sekarang ini. Demikian pula dengan bom atom: tidak ada satu individu yang menciptakan bom atom, itu adalah sebuah kerja kolaborasi. Intermezzo: Apakah Al Gore adalah penemu internet? Hahahaha…

Discovery adalah sesuatu yang sudah ada lalu diketahui keberadaannya. Oleh karena itu penemuan Benua Amerika disebut sebagai discovery dan penemuan hukum-hukum alam seperti gravitasi atau relativitas umum juga disebut demikian. Oke, memang ada komplikasi dalam istilah discovery ini karena—agar kita dapat memberikan kredit sepantasnya—kemudian pertanyaannya menjadi: siapa yang pertama kali menemukannya? Dalam kasus Benua Amerika, misalnya, Gavin Menzies bikin klaim bahwa Laksamana Zheng He sudah mendarat di Pantai Barat Amerika pada tahun 1421, 71 tahun sebelum pendaratan Kolumbus (saya tidak akan membahas apakah ini klaim ini punya dasar yang cukup atau tidak. Cukuplah diketahui bahwa klaim Gavin tidak banyak disetujui sejarawan-sejarawan arus utama). Mundur lagi ke belakang, bukankah migrasi masyarakat paleoindian (kebudayaan clovis) via Selat Bering ke Amerika berarti membuat mereka pantas disebut sebagai “penemu” benua Amerika? Nampaklah di sini bahwa pentahbisan Kolumbus sebagai “penemu” benua Amerika adalah penemuan dari sudut pandang “dunia lama” yaitu masyarakat Eropa. Saya tidak akan membahas ini lebih lanjut kecuali mengatakan bahwa dalam kasus semacam ini, discovery seringkali sarat dengan perspektif yang bias pada sudut pandang seseorang. Sebagai contoh, di kalangan masyarakat Amerika Serikat, dirayakan hari Kolumbus untuk mengenang pendaratan Kolumbus. Namun, di banyak negara-negara Amerika Latin justru Kolumbus dianggap sebagai penjahat yang memulai penghancuran kebudayaan mereka. Pada zaman pascakolonialisasi ini, orang mulai tertarik mengkaji perspektif-perspektif non-Barat dan pengkajian-pengkajian baru bermunculan. Jadi bolehlah kita mengatakan bahwa Kolumbus adalah “penemu” benua Amerika, namun dari sudut pandang bangsa Eropa. Kalau mau lebih jauh berdiskusi, bangsa Eropa itu bangsa yang mana? Bagaimana kita mendefinisikan “Eropa”? Nah, sebelum diskusinya menjadi lebih jauh, saya berhentikan di sini.

Dalam ranah sains, kredit terhadap discoverer (penemu) juga bukannya tanpa masalah. Apakah betul Einstein adalah penemu teori relativitas umum? Bukankah ide tentang invariansi besaran-besaran Fisika terhadap transformasi koordinat sudah dipikirkan oleh Hendrik Lorentz? Bukankah prinsip-prinsip relativitas sudah ditemukan terlebih dahulu oleh Henri Poincaré? Lagi-lagi ini menjadi masalah dalam memberikan kredit dan bahkan ahli-ahli sejarah sains juga seringkali masih berdebat tentang siapa yang pertama kali memikirkan relativitas umum yang merupakan sebuah teori geometri tentang gravitasi. Contoh-contoh kasus lain dalam sains masih banyak lagi. Siapakah penemu radiasi CMB? Apakah Arno Penzias dan Robert Wilson yang pertama kali mendeteksinya, ataukah trio George GamowRalph AlpherRobert Herman yang beberapa dekade sebelumnya telah lebih dahulu memprediksi keberadaannya? Lagi-lagi cukuplah di sini saya mencatat bahwa dalam scientific discovery, ide-ide seseorang seringkali adalah modifikasi dari hasil pemikiran seseorang sehingga kadang-kadang sulit sekali menilai orisinalitas seorang ilmuwan. Yang mana yang asli pemikiran dia, yang mana yang inspirasi, yang mana yang diambil dari pekerjaan orang lain? Ada tambahan lagi: dalam kasus “penemuan” benua Amerika, kita dapat mempertanyakan perspektif. Kini, dalam kasus teori-teori ilmiah, lebih fundamenta lagi kita masih dapat mempertanyakan: apakah hukum-hukum alam adalah sesuatu yang eksis dan menunggu untuk kita ungkap (untuk kita discover), ataukah itu hanya gambaran kita tentang alam yang kemudian punya korelasi dengan apa yang kita amati? Pendek kata, apakah hukum-hukum alam adalah sebuah realitas ataukah itu adalah (hanyalah?) gambaran kita tentang realitas? Tentu saja pertanyaan mengenai hakikat realitas ini tidak akan memiliki jawaban yang sederhana.

Baiklah, sebelum melantur ke mana-mana saya akan akhiri diskusi mengenai “penemuan.” Kata ini cukup ambigu karena dapat bermakna ganda: invention yang berarti menghasilkan sesuatu benda yang belum ada sebelumnya, atau discovery yang berarti menemukan sesuatu yang sebelumnya belum diketahui “keberadaannya.” Ada banyak komplikasi dalam mentahbiskan seseorang atau sesuatu kelompok senagai penemu ini dan itu. Menurut hemat saya, jauh lebih penting untuk mengetahui proses penciptaan/penemuan sesuatu ketimbang secara simplistik menunjuk si A atau si B sebagai “sang penemu.” Mungkin hal ini tidak membantu kita dalam memberikan kredit secara pantas namun paling tidak membuat kita mengetahui cerita keseluruhannya (kalaupun hal tersebut bisa didefinisikan).

Sekarang urusan kedua yaitu soal “penemu rasi bintang.” Siapa yang menemukan rasi bintang? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita telisik dulu: apa sih rasi bintang? Selain taut pada kalimat sebelumnya, pada beberapa posting terdahulu saya juga sudah mendiskusikan tentang hal ihwal rasi bintang. Lumayan lah buat batu pijakan. Satu hal yang perlu diingat: Konstelasi tidak eksis secara fisik, ia hanyalah gambar di langit, hasil imajinasi manusia yang diproyeksikan pada benda-benda langit. Jadi rasi bintang adalah produk budaya, hasil ciptaan masyarakat lampau. Sebagaimana bom atom, komputer, ataupun satelit, di sini tidak ada penemu tunggal.

ANDA pun bisa menjadi penemu [sebuah] rasi bintang. Lihatlah taburan bintang-bintang di langit malam, biarkan imajinasi Anda berkelana, tariklah garis khayal di antara bintang-bintang, dan gambarlah sesuatu dalam imajinasi Anda. Sebagaimana Anda bebas meninggalkan komentar dalam posting blog ini ataupun mengomentari video YouTube terbaru, sehingga melalui internet kita semua terkoneksi dalam satu desa global dan mendorong Majalah Time untuk memilih ANDA sebagai manusia tahun 2006, Anda pun bebas menciptakan rasi bintang Anda sendiri!

Dan jangan salah, kemampuan Anda berkhayal dan menciptakan rasi bintang sendiri juga bisa dipakai untuk merayu-rayu seseorang yang Anda sukai loh. Coba saja simak video di bawah…

10 comments

  1. halo. mampir lagi karena ni blog isinya tentang astronomi.

    ngelihat tulisan discovery n invention, saya jadi mikir, bahasa Indonesia miskin istilah ya. hehehe. sampe arti invention and discovery aja dijadikan satu: penemuan.

    saya baru tahu klo kita bisa menemukan rasi bintang dengan membuat garis khayal sendiri. kirain rasi bintang udah ga bisa ditambah-tambah lagi. hehehe.

    thank you 4 sharing 😀

  2. Jelas dong kita bisa membuat rasi sendiri, tapi ingat bahwa hanya IAU (Ikatan Astronomi Internasional) yang berhak menetapkan nama-nama rasi yang resmi. Para astronom di seluruh dunia tentunya akan tunduk pada keputusan IAU dan tetap akan menggunakan nama-nama rasi yang resmi plus perbatasan2nya.

    Tapi siapa yang bisa melarang kita untuk menciptakan rasi bikinan kita sendiri?

  3. tri, i enjoy reading your blog, apalagi tag-nya itu ‘mengajar diri sendiri” mantap !! Mau nanya dong, di dunia astronomi pernah ada pembahasan tentang kedua tempat terbit matahari dan kedua tempat terbenamnya matahari nggak ?

  4. seharusnya itu memang dua kata yg berbeda penemu atau pencipta. bukan yg menemukan telepon, tp yg menciptakan telepon, kan sebelumnya belum ada. tp kl sebuah benua, itu pasti ditemukan, bukan diciptakan. emng masih ada bintang, bermagnitudo berskala 1-3, yg belum termasuk dlm rasi bintang? krna kl mau bwt rasi bintang sendiri kan perlu bintang terang, biar kita cepat ngenalinnya.. ;))

  5. Penemuan seperti komputer, misalnya, mengharuskan kita mendefinisi dulu komputer itu apa? Komputer itu kan dari kata compute, sehingga akhirnya komputer itu tak lebih dari “alat bantu berhitung.” Jadi komputer tidak musti bisa buat membantu disain grafis atau bikin spesial efek canggih dalam editing film, atau buat maen game, atau internetan.

    Kalau ditelusur, bahkan komputer primitif sudah ada jaman indian Inca, namanya quipu, yaitu tali yang diberi simpul sedemikian rupa, sehingga menjadi semacam data base mengenai stok cadangan makanan, panen dan seterusnya. Ini juga sudah komputer.

    Yang juga tua, komputer di Cina, namanya sempoa atau sipoa, sampai sekarang masih digunakan, dan bahkan bagi yang terampil bisa memberikan jawaban lebih cepat dari pencet-pencet kalkulator elektronik.

    Ada juga tulang napier, sebelum mesin hitungnya Pascal dan Babbage, alat bantu perkalian yang modalnya cuma kertas sama pena, ini juga sebetulnya masuk definisi komputer sebagai alat bantu hitung.

    Jaman mesir, jaman dulu-dulu lagi juga ada, tablet tanah liat, yang bisa membantu berhitung. Juga komputer dong.

    Dulu sekali para peternak menggunakan turus, torehan pada kayu, tongkat gembala, kulit pohon, dll, untuk mengecek jumlah hewan ternak, udah komplit atau belon. Torehan ini bahkan sudah ada sebelum manusia mulai mengenal angka. Yang dia tahu, kambingnya sudah sama jumlahnya dengan torehan di tongkatnya, berapanya, mungkin angkanya belum dinamai. Kalau kita lihat angka, baik latin, arab, maupun cina, kan sebetulnya 1, 2, dan 3 berasal dari torehan ini. Entah torehan berdiri atau vertikal.

    Dan kalau mau mundur terus, alat bantu hitung pertama, yang dipelajari dari corat-coret jaman prasejarah di gue, ya jari tangan.

    Bukannya tidak mungkin kita menggunakan sistem desimal alias berbasis 10, karena jari tangan kita jumlahnya 10, jadi sudah kebiasaan aja sejak lama.

    Mungkin kalo manusia jarinya 16, kita uda pake sistem hexa. Kalo jarinya cuma 2, apa manusia pake sistem biner (seperti komputer modern)? Rasanya mungkin tidak, karena tidak praktis dan pengembangannya rumit (untuk ukuran jaman prasejarah dulu), mungkin manusia akan pakai alat tubuh lain untuk berhitung. Tapi kalau jari manusia cuma 2, rasanya evolusi biologis, dan pengetahuan serta peradaban, akan berjalan sama sekali berbeda dengan apa yang kita jumpai hari ini.

    Nah ini baru cerita tentang siapa penemu komputer dalam definisinya sebagai alat bantu berhitung. Pada akhirnya, penemu komputer adalah: orang pertama yang berhitung dengan jarinya. Siapa? Mana gue tahu? Salah satu dari Cromagnon kali. Neanderthal kali. Homo erectus wajakenis kali.

  6. Setau saya sih discovery yg merupakan suatu penemuan dr suatu unsur baru, baik merupakan alat n ide, yg diciptakan oleh seseorang ato beberapa org dlm msyrkt.
    Nah, hasil discovery itu mjd invention jika sudah diakui.

    Sekian-hanyamembenarkanapayangsalahsaja-barusayapelajaridiantropologi.

    1. Kalau mau bicara makna semantik sebuah kata, agak sulit menentukan benar-salah di sini. Ada begitu banyak perspektif untuk membahasnya.

      Kalau kita bicara teknis deskripsi Bung itu bisa betul, kalau kita bicara linguistik saya pikir narasi saya tidak salah-salah amat.

Leave a comment